Mengenal Uwais Al-Qarni
Nama lengkap Uwais Al-Qarni, adalah Uwais bin Amir bin Jaza’ bin Malik bin Amr bin Mas’adah bin Amr bin Sa’ad bin Ashwan bin Qarn bin Radman bin Najiah bin Murad Al-Murady Al-Qarni Al-Yamany.
Uwais Al-Qarni sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah saw. adalah seorang dengan ciri-ciri, mempunyai kulit putih karena sakit belang. Pada saat sakitnya ia mohon kepada Allah agar disembuhkan dari penyakitnya itu. Allah mengabulkan permohonannya, kecuali sebesar uang dirham. Hal tersebut seperti penuturan Uwais saat bertemu Sayyidina Umar bin Khattab ra. sebagaimana tersebut di bawah ini: Usair bin Jabir berkata; Ketika penduduk Yaman datang (ke Madinah), Sayyidina Umar bin Khattab menanyakan seseorang, “Adakah di antara kalian seorang yang berasal dari Qarn?” Ketika ia sampai pada seorang yang berasal dari Qarn, dia bertanya, “Siapakah kalian?” Mereka menjawab, “(Kami berasal dari) Qarn.” Kemudian cemeti Umar atau cemeti Uwais jatuh, keduanya sama-sama meraih. Dari situ keduanya mengetahui. Umar lalu berkata, “Siapa namamu?” Uwais menjawab, “Saya Uwais.” Umar bertanya (lagi), “Apakah engkau mempunyai seorang ibu?” Uwais menjawab, “Betul.” Umar bertanya (lagi), “Apakah engkau mempunyai kulit belang?” Uwais menjawab, “Betul. Aku berdoa kepada Allah swt., Allah mengabulkan doaku, kemudian melenyapkan penyakitku, kecuali sebesar dirham (mata uang logam) yang ada di sekitar pusarku, agar aku selalu mengingat Tuhanku.” Umar lalu berkata kepadanya, “Mohonkanlah aku ampunan.” Ia menjawab, “Engkau (Umar) lebih berhak daripada aku untuk memohonkan ampunan, karena engkau adalah sahabat Rasulullah saw.” Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Sesungguhnya sebaik-baik tabi’in adalah seorang laki-laki bernama Uwais, dia mempunyai seorang ibu, dan mempunyai ciri khusus, yaitu belang putih pada tubuhnya. Ia memohon kepada Allah swt. agar menghilangkannya kemudian Allah melenyapkan penyakitnya, kecuali sebesar dirham yang ada di sekitar pusarnya.’ Ia lalu memohonkan ampunan, kemudian menghilang di keramaian manusia, tidak diketahui dimana ia berada. Rawi berkata; Ia lalu mendatangi Kufah (Iraq). Kami berkumpul untuk berdzikir dalam suatu majlis dzikir, ia duduk bersama kami, jikalau ia berbicara bersama kami, pembicaraannya sangat mengena (dan mengesankan) hati, sehingga kami tidak memperhatikan pembicaran orang lain.
Karomahnya
Diantara karomahnya, adalah sebagaimana ditulis Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Al-Furqan Baina Awliya’ur Rahman Wa Awliya’us Syaithan berikut ini: Ketika Uwais Al-Qarni meninggal, mereka menemukan beberapa kain kafan di sampingnya, padahal sebelumnya tidak pernah ada, begitu juga mereka menemukan galian kubur yang sudah siap di tengah-tengah sahara, kemudian mereka menguburkannya di galian (yang sudah siap) dan mengkafaninya dengan kain-kain yang ada.
Dengan ilmu kasyafnya Uwais Al-Qarni mengenali nama seseorang berikut nama bapaknya, sekalipun belum pernah bertemu sebelumnya, sebagaimana keterangan di bawah ini: Haram berkata; Aku sampai di Kufah (Iraq), maka tidak ada padaku kesusahan, kecuali perasaan penasaranku tentang Uwais, aku ingin mencari tahu tentang dia, aku menjumpainya di pinggir sungai El-Frat, dia sedang berwudhu dan mencuci pakaiannya. Aku mengenalinya dengan ciri-cirinya; kepalanya pelontos, lebat jenggotnya, berwibawa. Aku mengucap salam kepadanya, aku ulurkan tanganku, untuk menjabat tangannya. Ia tidak mau menjabat tanganku, ia meneliti diriku. Ketika itu aku sampaikan salam kepadanya, “Assalamu alaikum ya Uwais, apa kabar wahai saudaraku?” Ia menjawab, “Oh kamu, wa alaikumus salam, siapa yang menunjukkan kamu kepadaku, ya Haram bin Hayyam.” Aku menjawab, “Allah swt.” Uwais berkata, “Maha suci Tuhan kita, kalau itu sudah merupakan janji Allah pasti akan terlaksana.” Aku (lalu) berkata (lagi), “Mudah-mudahan Allah merahmatimu, dari mana engkau mengetahui namaku dan nama bapakku? Demi Allah aku sama sekali tidak pernah melihatmu, dan kamu juga tidak (pernah) melihatku.” Ia menjawab, “Ruhku mengetahui ruhmu, jiwaku mengatakan kepadaku, karena ruh-ruh itu mempunyai jiwa, seperti jiwa yang terdapat dalam jasad. Sesungguhnya orang-orang mukmin saling mengetahui dengan ruh Allah swt., sekalipun rumah-rumah mereka sudah punah dan berpisah-pisah.”
Wallahu A’lam
Sumber: Buku “Kesahihan Dalil Keramat Wali” karya KH.M. Hanif Muslich, Lc.
ADS HERE !!!