Berikut ini simaklah sebuah kisah dari negeri Irak, kisah seorang yang sedang menuntut ilmu (santri) yang penuh dengan duka dan suka. Beginilah orang itu menuturkan kisahnya:
“Awal menjadi pelajar, saya hidup dalam kemiskinan. Setiap pagi, tatkala saya keluar rumah untuk menuntut ilmu, di tengah jalan ada seorang pedagang yang usil bertanya, “Engkau hendak pergi ke mana?”
“Saya hendak pergi menuntut ilmu,” jawab saya
Dan tatkala saya kembali, dia pun menanyakan hal yang sama. Begitulah seterusnya sampai saya bosan mendengarnya.
Adakalanya dia berkata, “Engkau telah menyia-nyiakan hidupmu, kenapa engkau tidak bekerja saja, sehingga menjadi orang yang kaya raya. Serahkan padaku semua bukumu itu, aku akan membuangnya ke sumur dan saksikanlah bahwa semua itu sama sekali tak bermanfaat.”
Dia selalu menghina dan merendahkan, saya harus bersabar, karena saya yakin bahwa ini adalah godaan bagi seorang yang sedang menuntut ilmu. Memang cobaan yang saya alami belum juga reda. Kian hari kondisi kehidupan saya kian buruk, sehingga untuk membeli sepotong baju pun saya tidak mampu.
Setelah beberapa tahun, pada suatu hari, datanglah seorang utusan gubernur Bashrah menemui saya dan mengundang saya untuk datang menemui gubernur.
Saya berkata, “Apakah saya pantas menemui gubernur dengan pakaian lusuh seperti ini?”
Lalu utusan gubernur itu memberi aku baju dan sejumlah uang. Saya pun berganti baju dan segera berangkat untuk menemui gubernur.
Gubernur Bashrah berkata, “Engkau aku pilih untuk mengajar putra khalifah, dan sekarang engkau harus berangkat ke Baghdad.” Saya pun lalu berangkat menuju Baghdad menjumpai Khalifah Harun Al-Rasyid. Setelah beberapa waktu tinggal di kediaman khalifah sebagai guru privat putra beliau, yang bernama Muhammad Amin, lambat laun kondisi kehidupan saya semakin membaik.
Beberapa tahun kemudian, Muhammad Amin telah memiliki ilmu pengetahuan yang luas. Khalifah sangat bangga dengan putranya yang telah memiliki ilmu yang luas dan dalam.
Pada suatu hari khalifah datang menemui saya dan berkata, “Sekarang apa yang engkau inginkan dariku?”
“Saya ingin diizinkan untuk kembali ke Bashrah, tanah kelahiran saya,” jawab saya.
Khalifah Harun Al-Rasyid mengizinkan dan saya pun kembali ke Bashrah dengan dikawal oleh beberapa orang staf kerajaan. Sesampainya di Bashrah orang-orang berdatangan menemui saya. Di antara mereka adalah seorang pedagang yang dulu selalu mengejek dan menghina saya. Pedagang itu memeluk saya dan berkata, “Maafkan aku, dulu aku sering menghinamu. Semua itu aku lakukan lantaran kebodohanku. Sekarang aku baru sadar, bahwa ilmu dapat memberi manfaat bagi pemiliknya, bagi orang lain, bagi agama, bangsa, dan negara.”
Begitulah kisah seorang yang penuh semangat dan tabah dalam menuntut ilmu, akhirnya ia dapat meraih manfaat dan kebahagiaan dari orang yang berilmu dan mengamalkannya kepada orang lain.
Wallahu A’lam
ADS HERE !!!